Alasan-Alasan Kenapa Kamu Gak Usah Beli DSLR

Kemarin pas lagi iseng-iseng buka kaskus, ngelihat sekumpulan thread yang lagi jadi HT, eh, ada satu thread (HT #1) yang judulnya cukup menarik perhatian serta bikin penasaran saya yang kebetulan beberapa waktu terakhir ini lagi ngidam DSLR. judulnya “Alasan-Alasan Kenapa Kamu Gak Usah Beli DSLR”. Isi thread tersebut 100% asli buatan agan masteraxl selaku pembuat thread. no comot!

Setelah baca threadnya, ternyata emang menarik. Benar-benar ngebuka mata orang awam (termasuk saya -_-) yang nafsu banget sama kamera DSLR tapi sebenarnya gak/belum punya basic apa-apa tentang dslr. Mulai dari memahami kamera DSLR itu sendiri hingga kemampuan dalam menggunakannya.

Berikut ini alasan-alasan kenapa kamu gak usah beli kamera DSLR menurut agan masteraxl. (re-type dengan pengubahan gaya bahasa)

1. DSLR cuma menang di gaya, selebihnya ribet!

Punya kamera DSLR memang bikin kita keren, apalagi dipakai jepret-jepret di khalayak ramai, orang-orang yang ngelihat kita dijamin pasti iri (tingkat kekerenan naik satu level). Tapi asal tau saja, teknik pemakaian DSLR itu ribet, gak sembarang orang yang bisa dan perlu waktu untuk mempelajarinya. Bukan cuma asal jepret. DSLR punya ukuran berapa cahaya masuk per sekian detik yang berbanding lurus dengan buka tutupnya diafragma lensa dan rumus-rumus lain yang juga gak segampang yang kita kira. Bentuknya yang gak kecil juga mengharuskan DSLR dibawa pakai tas khususnya untuk melindungi biar gak lecet. Belum lagi perlengkapan tambahan lainnya yang mesti dibawa demi hasil foto yang memuaskan.

2. DSLR itu Mahal

Jangan pikir kalau beli kamera DSLR sudah cukup kameranya saja. Tidak sesimpel itu, selain kameranya yang mahal, perlengkapan pembantunya juga mahal-mahal. Penutup lensa yang KW aja harganya 60ribu, bahkan karet kecil viewfinder itu harganya 50ribu/pcs. Belum tripod yang rata-rata 250ribu-an, tas kamera, container kedap air/lembab yang minimal kalau merk ‘bintang singa’ (in english) seharga 88ribu, belum filternya, yang abal-abal bisa sampai 150ribu. Rata-rata filter HO*A bisa sampai 350-900ribuan. Itu masih filter dan aksesoris, belum kalau ganti lensa yang harganya bisa melebihi harga kameranya, flash, grip, mic, dan piranti pendukung lainnya. Apalagi kalau rusak, servisnya bikin kantong melarat.

3. Apalah arti DSLR, jika yang dipakai mode auto

Penggunaan auto dalam DSLR bisa dibilang cuma untuk bayi yang baru lahir terus langsung dipegangin DSLR.

Program auto memang ada dan membantu untuk candid atau untuk jepret sesuatu yang tak terduga agar kita gak kehilangan moment, serta ada tema-tema unik yang bisa kita dapat dengan instan. Namun dalam harfiah penggunaannya, “ngapain beli DSLR kalau cuma pakai auto?”. Minimal A(Aparture)/S(Shutter speed)/P(Panorama) lah, itupun masih dilarang. Biasanya tujuan kita punya DSLR adalah untuk mengetahui apa itu Manual mode (M). Dan untuk menguasai Manual mode dalam DSLR itu sangat butuh waktu dan ilmu yang gak sedikit, waktu jam terbang panjang dan lama, ribet, serta penuh rumus.

4. Beli DSLR = Gambar Bagus?

Banyak orang yang bingung, sudah beli kamera DSLR tapi kok hasil gambarnya masih jelek aja? Akhirnya yang disalahin kameranya. Beli lensa yang mahalan dikit, eh kok hasilnya masih tetap jelek juga.

Penggunaan DSLR emang gak sesimpel kelihatannya, seorang fotografer harus tau tentang komposisi gambar, teori cahaya dan warna, rumus 3 garis, perpaduan harmonisasi antara ISO, Shutter speed, dan F/diafragma, serta teknik-teknik fotografi lainnya. Tentang bagaimana cara memotret dengan cahaya dari belakang/samping, bagaimana caranya memotret di malam hari, bagaimana caranya agar cahaya gak terlalu kontras, semuanya ada ilmunya dan punya rumus masing-masing. Foto yang didapatpun gak semena-mena langsung di-publish, tapi dipermak dulu pakai photoshop. Jadi, skill ngedit juga harus dapat.

5. Harus Kreatif

Walaupun kamera DSLR punya rumus-rumus yang sangat dan sudah menjlibet-jlibet, semua rumus itu gak ada yang rata atau permanen. Misalnya memotret di sore hari, rumusnya iso 200, ss 1/125, f 4,5, di hari ini mungkin jadi, tapi besok belum tentu, karena fotografi membutuhkan unsur kondisi alam serta cahaya, yang kita tahu setiap harinya berubah-ubah. Ada model gerak ganti pose atau kita ganti posisi dikit aja, itu sudah ganti settingan. Ya minimal ganti ss dan f nya. Jadi fotografer itu harus kreatif, ngutak-atik sendiri dan menemukan harmonisasi antara cahaya yang ada dengan settingan kamera, serta tidak melupakan kaidah teori tema pengambilan gambar yang ada. Walaupun sudah menguasai rumusnya, jadi kadang semuanya harus improve sendiri lagi.

6. Kamera DSLR punya shutter count

Apa itu shutter count? Shutter count yaitu penghitungan sudah berapa banyak gambar yang kita jepret. Semua kamera DSLR pasti punya ini. Dan perlu kalian ketahui, selain mahal, ribet, dan bikin pusing, ternyata kamera DSLR punya batasan juga shutter countnya. Jadi sekitar 100-500ribu gambar, ada juga yang sampai 1juta gambar, dan kalau sudah full, gak bisa dipakai lagi. Harus dikosongin dulu, di-refresh dalamnya, yang memakan biaya gak sedikit. Ini juga sangat rawan buat yang beli bekas wartawan atau fotografer manten (red: pengantin) yang sudah 5 tahun kerja. Sudah beli mahal-mahal, eh taunya shutter countnya sudah hampir mentok, kan rugi. Akhirnya mau gak mau ya nombok lagi. ToT

7. Kamera DSLR bukan buat narsis

Sudah tau kan gimana ribetnya DSLR? Masih mikir DSLR itu buat narsis-narsis aja? Sayang banget beli mahal-mahal dan harus punya ilmu yang gak sedikit, ternyata hanya buat narsis. Mana ada batasan jepret lagi, mending disewain saja, lebih menghasilkan. Kalau mau narsis-narsisan, mending pakai camdig aja yang mumpuni. Bentuknya kecil yang bisa dibawa kemana-mana, murah, kualitasnya juga gak kalah kok. Kalau Cuma nyari gengsi mah pikir dua kali. :P

8. Fotografi itu hobi dari hati yang gak berbatas kamera

Fotografi itu bukan soal kamera, melainkan skill yang dijadikan patokan. Mana ada pistol itu lebih hebat dari orangnya? Untuk menekuni fotografi, gak perlu melulu harus DSLR. Banyak orang yang kalap dengan gengsi, padahal hobi gak bisa dipaksain. Cuma ikut-ikutan tetangga, cuma gara-gara dibully teman, jadi beli tanpa ada rasa cinta dan tanpa ada rasa seni, atau rasa ingin menekuni serta benar-benar ingin terjun lebih dalam ke dunia tersebut.

Kesimpulan

Kamera DSLR memang seharusnya hanya diperuntukan untuk kalangan profesional yang memang dituntut dalam profesi/pendidikan atau mereka yang memang hobi dari hati. Yang memang dalam hal ini mereka lebih mementingkan FUNGSI daripada GENGSI.

Artikel yang asli dari penulisnya langsung, bisa kalian baca disini Alasan-Alasan Kenapa Kamu Gak Usah Beli DSLR