Tolak Pilkada lewat
DPRD- Setelah beberapa
minggu gak ngeblog karena padatnya tugas di semester ini, akhirnya hari ini ada
waktu kosong dan bisa update lagi. :v
Ohiya, hari Jum’at kemarin pas lagi nungguin dosen masuk kelas, ada satu
teman yang ngasih tau kalau RUU Pilkada oleh DPRD sudah diketuk palu –disahkan-
(efek gak ada tipi di kosan). Selain itu juga, katanya rapat pada saat itu
berjalan dengan cukup kondusif kacau. Dan pas buka twitter, ternyata
#ShameOnYouSBY sudah jadi worldwide
trends. Dan kerennya lagi, itu terjadi selama 2 hari berturut-turut.
Ada yang bilang, pilkada oleh DPRD merupakan tanda matinya demokrasi di
Indonesia, padahal menurut saya tidak juga. Karena di UU tidak ada pasal yang
melarangan secara langsung/jelas pilkada oleh DPRD. Toh, kalau dipikir secara
sederhana, orang-orang di DPRD kan hasil pemilihan langsung oleh rakyat. Masa’
rakyat meragukan pilihan kepala daerah oleh wakil yang dipilihnya sendiri?
Terus kalau tidak ada
larangan dalam UU, kenapa kebanyakan rakyat menolak penetapan UU pilkada oleh
DPRD tersebut?
Menurut saya, ide RUU Pilkada lewat DPRD ini secara tidak langsung berasal dari kubu ‘koalisi
merah putih’. RUU ini ingin diterapkan kembali karena beberapa alasan. Dan salah satu
alasannya adalah agar tidak terjadinya politik uang pada pilkada seperti yang
‘katanya’ telah terjadi pada pilpres untuk periode 2014-2019 kemarin. Intinya mereka
gak mau terjadi money politic ‘lagi’
saat pemilihan. Jadi, mereka menganjurkan agar pilkada ke depannya dilakukan
oleh DPRD saja, karena mereka beranggapan bahwa pilkada bakal lebih bersih dan no money politic kalau dilaksanakan oleh
DPRD langsung.
Dan kalau dipikir-pikir lucu juga ya kalau salah satu alasannya itu
karena persoalan / takut terjadi money
politic. Haha DPRD itu juga manusia keles, sama seperti masyarakat pada
umumnya. siapa sih yang gak mikir dua kali kalau ditawari/dikasih uang segepok?
Ha? Cuma bedanya, rakyat terima uang suapan itu ya karena mereka memang butuh
untuk kehidupannya sehari-hari. Sedangkan anggota dewan? Ya karena mereka rakus
bin maruk. Gaji udah gede, tapi masih aja terima kalau dikasih uang yang gak
jelas asal usulnya. :v
Ingat bung, anggota dewan itu rawan banget dengan suapan, udah banyak
kok yang ketangkap. Itulah alasannya kenapa rakyat bersikukuh menolak pilkada
oleh DPRD. Dan kalau soal kenapa rakyat harus ragu dengan pilihan DPRD, kan
DPRD dipilih rakyat. Emang iya DPRD dipilih oleh rakyat, tapi apakah semua
rakyat benar-benar memilih dari hati? Contoh pemilihan legislatif tahun ini,
gila, itu calonnya buanyak banget. Gak semua orang mau lihat dan mengamati secara
teliti satu per satu yang akan dipilihnya. Ya alhasil pasti ngasal lah milihnya
(ya gak semua sih, tapi kebanyakan). Dan setelah milih tinggal berdo’a aja
semoga yang dipilih secara ngasal tadi itu
nantinya kalau terpilih bisa amanah.
“Jujurlah, kalian seperti ini
sebenarnya murni demi kepentingan rakyat atau hanya untuk kepentingan antar
partai? Sekedar balas dendam atas kekalahan kemarin kah?”
3 komentar
ok.. kalo ngebahas tentang beginian, bikin pusing. Eh tapi.. tapi... kayaknya guru pkn gue vnyerempet ngebahas beginian juga deh.bang :D
Reply*manggut-manggut*
ReplyGue termasuk orang yang buta politik. Karena yaaa gitu, males ngurus begituan.
Pilkada langsung lebih baik alasanya hmm...pokoknya lebih baik pilkada langsung hehe kaga ngarti yg beginian
ReplyPosting Komentar
Berkomentarlah sepuasnya, selama tidak mengandung unsur pornografi, unsur belerang, dan sara. oke? sip!